Friday, September 26, 2014

Kacamata Ekonomi Islam

Dalam rangka memperbaiki struktur blog dilihat dari sisi optimasi on page, pada kesempatan ini saya ingin kembali membahas mengenai ekonomi islam. Memang, kalo dilihat dari jumlah postingan saat ini, tulisan ini merupakan tulisan ke sekian kali, dan bisa jadi dianggap terlambat untuk ukuran struktur blog. Memang konstruksi lebih baik dipikirkan dari awal, akan tetapi berhubung belajar otodidak, jadi baru sekarang mengerti mengenai konstruksi blog yang baik (menurut apa yang saya peroleh saat ini). Pepatah bijak mengatakan "lebih baik terlambat daripada tidak sama sekali", atas dasar itu maka melalui tulisan ini saya niatkan menjadi batu pondasi pertama untuk konstruksi blog yang lebih baik. Maka berbahagialah orang yang membaca postingan ini. *jadi ngelantur....
Kembali pada topik mengenai ekonomi islam. Pada kesempatan ini, saya akan mencoba menjabarkan Ekonomi Islam dalam beberapa pendekatan.

Ekonomi Islam dari Kacamata Filsafat Ilmu

Sub ini dibuat biar keren saja. Masalah konten, mudah-mudahan tidak melenceng dari sub ini. Begini, dalam filsafat ilmu ada yang dikenal dengan keilmuan yang bersifat antroposentris, ada juga yang dikenal dengan keilmuan yang bersifat teo-antroposentris. Sifat inilah yang membedakan antara ilmu ekonomi dengan ilmu ekonomi Islam. Ilmu ekonomi konvensional itu bersifat antroposntris, sedangkan ilmu ekonomi Islam bersifat tep-antroposentris. Nah lo, kok jadi banding-bandingkan? yup, adanya ekonomi Islam pada kontek sekarang, tentu tidak bisa dipisahkan dengan ilmu ekonomi. ekonomi Islam, bisa dikatakan merupakan bagian dari proses dialektika yang salah satu mata rantainya dari ilmu ekonomi. Mengenai pernyataan terakhir ini mungkin debatebel (ejaan sunda), banyak juga yang menganggap ekonomi Islami jauh lebih cepat dijalankan sebelum munculnya ilmu ekonomi umum. Bagi saya, perdebatan ini bukan poin utama. Yang jelas, kedua disiplin ilmu ini tidak bisa dipisahkan.
Kembali lagi pada pembahasan mengenai ilmu antroposentris, dengan ilmu teo-antroposentris. Antroposenstris, dalam konteks ini secara sederhana bisa dimaknai manusia sebagai pusatnya. Dalam konteks ilmu ekonomi, maka bisa ditarik benang merah bahwa ilmu tersebut berpusat pada manusia sebagai objek kajiannya. Maksudnya, ilmu ekonomi lahir dan bersar hanya berpusat pada manusia. Sebagaimana kita ketahui, bahwa manusia itu terus berproses. Sehingga bukan tidak mungkin, ilmu ekonomi juga akan terus berproses. Sehingga potensi ketidak sempurnaan, masih sangat besar. Potensi ini diperparah dengan tabiat manusia yang selalui ingin mendominasi manusia lainnya. Sehingga banyak lahir teori-teori ekonomi yang tersetruktur dan masiv, hanya memberikan keuntungan pada pihak tertentu saja, dan sekaligus merugikan pihak lainnya secara sistemik. Misalnya saja sistem ekonomi kapitalis. Dilihat dari sisi ini, ekonomi Islam jelas berbeda dengan ekonomi konvensional. Bisa dikatakan bahwa ekonomi Islam itu tergolong dalam keilmuan yang bersifat teo-antroposentris. Maksudnya adalah ilmu yang secara terintegrasi berpusat pada manusia dan Allah. Nilai-nilai islam terintegrasi dengan teori-teori empiris ilmu ekonomi, maka lahirlah ekonomi Islam. Dalam konteks implementasi, ilmu ekonomi Islam tentu harus dilengkapi dengan perangkat lain yang bisa menjaga otentisitasnya. Misal dalam konteks perbankan ada yang dikenal dengan istilah DSN dan DPS.

Ekonomi Islam dari sisi Humanistis

Nilai-nilai kemanusiaan, dijunjung tinggi dinegara-negara modern. Terbongkarnya sitem ekonomi yang tidak manusiawi, tentu akan melahirkan alternatif baru ilmu ekonomi yang lebih manusiawi. Objektif, berkeadilan, merupakan hal yang menjadi obat untuk sistem ekonomi konvensional. Den nilai-nilai humanis ada dalam ekonomi Islam. inilah hal lain yang membedakan antara ekonomi konvensional dengan ekonomi Islam.

No comments:

Post a Comment